Minggu, 16 Februari 2014

Benteng Tundakan

WISATA SEJARAH / WISATA BUDAYA
 
 
Benteng Tundakan
Dari sekian banyak peninggalan sejarah perjuangan Pangeran Antasari, salah satunya adalah benteng Tundakan. Benteng bersejarah ini berada di kawasan terpencil, tepatnya di Desa Tundakan Kecamatan Awayan yang terletak sekitar 55 kilometer dari pusat Kota Amuntai. Benteng Tundakan merupakan salah satu kawasan yang digunakan pejuang sekitar 1858 hingga 1861.
Selain itu, bentuk benteng Tundakan tidak sebagaimana yang dibayangkan orang. Tetuha masyarakat di daerah biasa menyebut nama benteng itu dengan istilah "Benteng Tundakan".
Bagi penduduk di daerah ini, cerita tentang keberadaan benteng Tundakan sudah tidak asing lagi. Karena masih banyak tetuha masyarakat di daerah ini yang mengetahui tentang sejarah keberadaan benteng Tundakan tersebut.
Konon, benteng Tundakan merupakan salah kawasan yang digunakan para pejuang kemerdekaan. Bahkan benteng Tundakan pernah dijadikan kawasan pertahanan oleh tokoh pejuang Kalsel Pangeran Antasari. Benteng tersebut sempat digunakan oleh para pejuang kemerdekaan sekitar tahun 1858 hingga 1861. Pangeran Antasari bersama pejuang kemerdekaan lainnya seperti Temanggung Jalil pernah menempati benteng tersebut.
Pada waktu itu, Pangeran Antasari merupakan tokoh pejuang kemerdekaan yang dicari-cari tentara Belanda. Dan untuk menghindari dari adanya upaya penangkapan yang dilakukan tentara Belanda, Pangeran Antasari kemudian bersembunyi di kawasan Benteng Tundakan.
Keberadaan Benteng Tundakan sempat diketahui tentara Belanda. Hingga akhirnya, benteng tersebut diserang ratusan tentara Belanda sekitar. Dalam penyerangan tersebut, Temanggung Jalil gugur, jasatnya dimakamkan tidak jauh dari kawasan Benteng Tundakan.
Untuk mengenang tokoh pejuang kemerdekaan tersebut, Pemkab HSU mengharumkan nama Temanggung Jalil menjadi salah satu nama ruas jalan yang ada di kota Amuntai.
Kalau dilihat sepintas lalu, Benteng Tundakan tidak berbentuk sebagaimana benteng pertahanan untuk perang. Karena benteng tersebut terletak di suatu kawasan pegunungan. Selain itu, bentuk benteng Tundakan hanyalah berupa sebuah gua di bebatuan yang berlubang. Namun di dalam goa itulah, para pejuang berusaha untuk membebaskan rakyat dari kekuasaan penjajah kolonial Belanda.
Bukti sejarah perjuangan di benteng Tundakan tersebut hingga kini masih tetap dikenang. Walau saat ini yang terlihat hanyalah sebuah bentuk goa yang ditumbuhi rumput liar, namun apa yang dilakukan para pejuang kemerdekaan tentunya akan selalu tetap dikenang.

Tugu Batumandi


Tugu Taman Batumandi sedang dalam pengerjaan

Paringin. Masyarakat Balangan, khususnya masyarakat Kecamatan Batumandi bisa menikmati fasilitas untuk bersantai bersama keluarga karena Pemerintah Kabupaten Balangan telah membangun Taman Bermain. Ada yang menarik dari Taman Bermain di Kecamatan Batumandi ini, dimana dibangun tugu dengan replika Buah Cempedak dan Buah Pampakin yang merupakan buah khas dari Kabupaten Balangan.
Agus Supriati, konsultan pengawas pembangunan taman bermain Batumandi, mengatakan replika Buah cempedak dan Pampakin ini merupakan keinginan dari masyarakat agar dari Tugu ini masyarakat luar tahu buah asli hasil alam dari tanah balangan. "Dari hasil konsultasi kepada masyarakat serta aparat pemerintahan setempat, kedua buah ini dinilai telah  tumbuh subur di Batumandi dan akhirnya kita realisasikan dengan membangun tugu ini," ujarnya. Diungkapkannya, dana anggaran yang disiapkan untuk tahan awal pembangunan sebesar Rp  800 juta dan untuk tahap penyelesaian dianggarkan Rp 2,4 M yang meliputi pembangunan fasilitas bermain, taman, penanaman rumput dan lainya.
Bupati Balangan, Sefek Effendie, yang meninjau langsung proyek pengerjaan taman bermain ini , kepada konsultan proyek menyarankan agar pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang setidaknya masyarakat merasa puas akan fasilitas yang ada. "Yang perlu ditambah harus ada pohon cempedak dan pampakin, supaya masyarakat lebih tahu akan kedua tanaman tersebut, bukan hanya buahnya tapi bentuk pohonnya, Imbuh Sefek.

Potensi wisata Kabupaten Balangan



Potensi wisata Kabupaten Balangan
Di Kabupaten Balangan terdapat beberapa obyek wisata, yaitu:
Gunung Hantanung Permai: Obyek wisata tersebut terletak di Kecamatan Awayan tepatnya di Desa Sungsum, berjarak 25 Km dari ibukota Kabupaten. Dengan keindahan panorama alam yang terdapat di sekitar goa dan alam lingkungan yang berada di sekitarnya.
Benteng Tundakan: Benteng Tundakan adalah nama obyek wisata sejarah yang terdapat di Desa Tundakan, merupakan salah satu wilayah yang pernah di jadikan sebagai benteng pertahanan Pangeran Antasari dalam mempertahankan wilayah Balangan. Jarak obyek wisata ini sekitar 22 Km dari ibukota Balangan.
Air Terjun Manyandar: Obyek wisata ini terletak di Kecamatan Halong sekitar 44 Km dari ibukota Kabupaten.
Goa Berangin di Gunung Belawan: Obyek wisata ini terletak di Kecamatan Halong tepatnya di Desa Kapul sekitar 4 Km dari ibukota Kecamatan.Goa ini mempunyai keistimewaan yang mengalirkan udara dingin dan menyejukkan.
Danau Baruh Bahihu Dalam: Obyek wisata air dengan keindahan danau yang terhampar luas dengan suasana alam hutan di sekitarnya ini terletak di Desa Baruh Bahihu Dalam Kecamatan Paringin dengan jarak sekitar 10 Km dari ibukota Kabupaten Balangan.


Makam Datu Kandang Haji terletak di Desa teluk bayur Kecamatan Juai , Kurang lebih
20 Km dari ibukota Kabupaten Balangan. Obyek ini merupakan Wisata relegius, dimana
Datu Kandang Haji merupakan Tokoh penyebar Agama Islam di Kabupaten
 Datu Kandang Haji yang merupakan tokoh penyebar syiar Islam pertama di Balangan itu memiliki ukuran tubuh raksasa.

Hal tersebut terlihat dari ukuran makam beliau yang panjangnya hampir 10 meter dengan lebar 2,5 meter.

Meskipun tidak ada peninggalan tertulis yang menjelaskan tentang keberadaan beliau, namun Datu Kandang Haji di percaya merupakan generasi sebelum Datu Kalampayan di Martapura, Kabupaten Banjar.
Ketiadaaan peninggalan tertulis tentang sosok beliau, salah satunya disebabkan wilayah penyebaran syiar Islam yang dilakukannya berada jauh di pedalaman, khususnya di pemukiman masyarakat adat Dayak Meratus.

Dalam menyebarkan syiar Islam, Datu Kandang Haji berjalan kaki di sepanjang aliran Sungai Balangan dari daerah Juai, Awayan, Paringin, Lampihong dan beberapa daerah lainnya di Balangan.

Datu Kandang Haji meninggalkan warisan berupa tiga buah mesjid besar, piring Malawin, tongkat yang biasa di pakai untuk berkhotbah dan sebuah Al Quran tulis tangan asli.

Saat ini, komplek pemakaman Datu Kandang Haji telah dilakukan pengelolaan oleh pemerintah daerah setempat dan menjadi salah satu daya tarik wisata religius.

Setiap harinya, selalu ada saja warga yang berkunjung ke sana baik sekedar berziarah maupun dengan maksud tertentu seperti bernadzar atau karena hajatnya telah terkabul.

Saat pelaksanaan acara haulan Datu Kandang Haji, warga yang datang bukan hanya dari Kota Paringin saja tetapi juga dari Kota Amuntai, Barabai, Tanjung dan bahkan dari Provinsi Kalimantan Timur.
 
Terletak di Desa Anjungan, 27 Km dari ibukota Kabupaten Balangan . Selain air
Terjun Manyandar juga dapat dinikmati pemandangan dari puncak gunung. Untuk
Mencapai lokasi Air terjun dibutuhkan fisik yang frima, karna pengunjung harus
Melewati belukar,hutan,dan bukit yang mendaki


Sumber Berita: www.smkn1-batumandi.sch.id



MENGEMBALIKAN KEJAYAAN “TABAT BASAR” KALI MARAUP INAN



MENGEMBALIKAN KEJAYAAN “TABAT BASAR” KALI MARAUP INAN


Berbicara Desa Inan, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan (dulu Hulu Sungai Utara),pasti akan ingat di sana terdapat sebuah bendungan mini yang disebut warga setempat sebagai “tabat Basar.”
Mengapa lokasi ini begitu dikenal, bukan saja sebagai objek wisata, tetapi juga sebagai lokasi irigasi sederhana pedesaan, sekaligus sebagai berkembang biaknya, ikan sungai dan rawa.
Keunikan lain lagi, dari tabat basar, karena ini hasil karya nenek moyang warga Desa Inan, yang mampu berkarya menciptakan bendungan kecil yang berasal dari sungai setempat yang disebut kali maraup.
Sungai kali marapu yang berhulu ke wilayah Kecamatan Awayan ini, tadinya hanya sungai kecil yang mengalir sebagaimana sungai kecil lainnya.
Tetapi melalui buah karya tetuha masyarakat Inan yang kala itu sekitar 30 tetuha kampung membuat bendungan sederhana yang berhasil menjadi lokasi irigasi pedesaan yang mampu  mengairi ratusan hektare persawahan setempat.
Bukan saja, ribuan ton padi sudah berhasil diproduksi dari hasil pengairan sederhana, tetapi sudah ribuan kwintal ikan dihasilkan dari hasil produksi tabat basar ini dikala tabat ini dikeringkan.
Suasana hiruk pikuk bagaikan pasar, seringkali mewarnai hari demi  hari bahkan berminggu-minggu warga bergerombol mencari ikan di tabat basar ini di kala tabat ini dibuka dan lokasi bendungan mengering hingga ikan terkumpul di lokasi itu.
Susana ini terus berlangsung tahun per tahun, bahkan warga setempat mampu menyediakan makanan “wadi” (ikan yang dipermentasi) hasil dari tangkapan ikan di Tabat Basar ini, hingga bertahun-tahun pula.
Umpamanya saja, bila mencari ikan tahun ini, lalu ikan diwadi, wadinya itu mampu bertahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga hingga tahun berikutnya disaat kembali tabat basar dibuka untuk menangkap ikan, kata Mursidi warga Desa Inan, yang kini menetap di Kota Palangkaraya Kalteng.
Ikan yang dihasilkan dari lokasi ini, beraneka ragam ada ikan baung, bakut, lais, puyau, sapat, haruan, tauman, sapat siam, papuyu, patung, junjulung, saluang, sanggiringan, tauman, khung, mihau, kapar,pentet, walut, lampam, dan banyak lagi jenis ikan hidup di lokasi tersebut.
Menangkap ikan warga setempat biasanya dengan cara bakacal, melonta, merinji, mehauk, membandung atau mahancau, menangguk, mangaring, mamancah, maraba, menyarakap, dan banyak lagi cara lainnya.
Saat-saat mencari ikan itu, biasanya warga kosentrasi hanya mencari ikan dan meningglkan usaha rutin seperti menoreh gatah bahuma dan lainnya, agar mereka dapat mengumpukan ikan sebanyak-banyaknya baik untuk makan segar atau diwadi.
Hanya saja dalam mencari ikan, hasil penangkapan warga umum harus dibagi dengan ahli waris pendiri tabat basar ini, dengan sistem bagi dua dan untuk ahli waris tersebut kemudian dibagi lagi untuk keluarga keturunannya.
Kalau dulu pendiri tabat basar sekitar 30 orang kemudian karena beranak pinak maka sekarang ahli waris menjadi 70 orang, kata Mursidi.
Kendati hasil penangkapan dibagi dua tetapi masyarakat umum tetap bersemangat menangkap ikan di lokasi itu, karena hasilnya masih melimpah  ruah.
Tetapi seiring perjalanan waktu, lokai bendungan tabat yang disebut kali meraup  terjadi pendangkalan lantaran sidementasi, disamping diserang tanaman gulma, seperti ilung dan kayapu hingga sungai menyampit dan bendungan tertutup oleh gulma dan surut akibat lumpur.
Guna mengembalikan ke kondisi asal, maka proyek rehabilitasi diserahkan kepada pemerintah, lalu oleh pemerintah sungai dikeruk dan tabat diperbaiki.
Tetapi apa nyana, maksud untuk lebih baik ternyata kondisinya tambah patal, dimana bendungan roboh, kondisi sidementasi tidak tambah baik.
Bila dulu masih bisa mengairi persawahan sekarang banyak persawahan yang kering lantaran tidak bisa diairi oleh irigasi sederhana ini.
Pihak warga sudah beberapa kali mengatasi persoalan   ini tetapi kondisinya tambah parah, cerita mencari ikan rame-rame hanya tinggal kenangan, oleh karena itu semua pihak berharap baik pemerintah maupun  masyarakat harus berusaha sekuat tenaga mengembalikan tabat basar tersebut
                                    . http://hasanzainuddin.wordpress.com/apa-dan-bagaimana-kab-balangan/

Buah Langka yang ada di Kab.Balangan "Buah Lahung"



Buah Langka yang ada di Kab.Balangan

LAHUNG
Kalau warga Banjarmasin ibukota Propinsi Kalimantan Selatan mendengar kata “Lahung”  adalah identik dengan sebutan perempuan   nakal atau perek, atau penjaja seks komersial (PSK), tetapi kalau masyarakat Balangan mendengar sebutan Lahung maka timbul niat untuk menyantapnya karena Lahung adalah jenis buah yang langka. Buah jenis keluarga durian-durianan ini bentuknya bulat, durinya panjang-panjang dan lancip atau tajam serta warna merah kehitaman.
BUAH KHAS KALIMANTAN KIAN LANGKA
Banjarmasin,18/10 (ANTARA)-Buah-buahan khas Kalimantan yang berada di kawasan Kalimantan Selatan kian kian langka setelah pohon buah-buah tersebut terus ditebang untuk digunakan sebagai bahan baku gergajian.
Demikian keterangan warga di bilangan Kabupaten Balangan, kepada ANTARA saat melakukan mudik lebaran, demikian dilaporkan Kamis.
Berdasarkan keterangan penduduk Desa Panggung, buah khas yang sudah langka seperti jenis maritam (buah sejenis rambutan tapi tidak berbulu), siwau (juga jenis ramburan juga tidak berbulu) asam hurang (mangga kecil rasanya manis).
Buah lain yang pohon kayunya terus ditebang, tandui (sejenis mangga tetapi rasanya sangat kecut, biasanya disenangi hanya dijadikan rujak), lahung (sejenis durian berbulu panjang dan lancip dengan warna kulit merah tua), serta mantaula (sejenis durian berklit tebal berduri besar rasanya khas).
Buah-buahan yang hanya berada di pedalaman Kalimantan khususnya di Pegunungan Meratus tersebut dicari lantaran pohonnya selalu besar, sehingga bila dijadikan kayu gergajian maka kayu gergajian dari pohon itu volumenya banyak.
“Sejak sepuluh tahun terakhir ini, kayu buahan tersebut ditebang diambil kayunya untuk dijual dan untuk bahan bangunan pembangunan rumah penduduk,” kata Rusli penduduk setempat.
Perbuuan kayu buah-buahan tersebut setelah kayu-kayu besar dalam hutan sudah kian langka pula, setelah terjadi penebangan kayu dalam hutan secara besar-besar dalam dekade belakangan ini.
Sementara permintaan kayu untuk dijadikan vener ( bahan untuk kayu lapis) terus meningkat, setelah kayu-kayu ekonomis dalam hutan sudah sulit dicari,
Bukan hanya untuk vener, kayu-kayu dari pohon buah itu dibuat papan untuk dinding rumah penduduk, atau dibuat balokan serta kayu gergajian.
Beberapa warga menyayangkan penebangan kayu buah tersebut, lantaran jenis kayu ini adalah kayu yang berumur tua.
“Kalau sekarang ditanam maka mungkin 50 tahunan bahkan ratusan tahun baru kayu itu besar,” kata warga yang lain.
Sebagai contoh saja, jenis pohon buah lahung yang ditebang adalah pohon yang ratusan tahun usianya, makanya pohon lahung yang banyak ditebang ukuran garis tengahnya minimal satu meter.
Warga mengakui agak sulit melarang penebangan kayu pohon buah tersebut lantaran itu kemauan pemilik lahan dimana pohon itu berada, sebab pohn itu sebelum ditebang dijual dengan harga mahal, sehingga oleh pemilik lahan dianggap menguntungkan.